Pojok Warung Kopi, Imaginari dan Kau

Hari ini, kembali aku duduk dipojok warung kopi. Tradisi yang biasa kulakukan sehari-hari. Sebagai asupan serotonin, kafein dan nikotin. Walau aku tahu almanak terus mengejeku sepanjang tanggal tua. Tapi aku tak dapat menghentikan itu! Sama halnya aku tak dapat menghentikan imaginariku yang tenggelam kedalam bayang-bayangmu!.

#vascoredrose

Seperti Kopi ini

Hi Nona.. Seperti kopi ini kau adalah candu yang selalu kucumbu perlahan-lahan. Aroma dan manismu membuatku lupa diri, membuatku ingin selalu mengulanginya lagi dan lagi. Oleh sebab itu, hal yang paling kutakutkan adalah ketika kopiku habis. Aku tak kuasa menghentikan hasratku akanmu yang bisa membuatku gila.

– Dari pecandumu

#Vascoredrose

Dibalik Dua Pintu

Disamping jendela tatapan mataku tertuju pada satu arah..

Pada seseorang yang berjalan diantara pintu yang kubukakan salah satunya..

Seketika aku terpaku dibungkam kata-kata.. oh tuhan!!!

Melihatnya hari ini adalah anugerah yang tak mampu kubayangkan..

Cukuplah aku dan rasaku akan kagumku berdiri dibalik pintu ini, menyampaikan salam padanya. “Hai.. selamat pagi cinta.”

Dear “Ar…”

dari pengagummu.

@Vascoredrose

Kabar Malam

Kabar malam..
Kabar yang ditunggu seketika sunyi sekali bisu
Kabar tentang rindu yang koyak bersama semua keindahan tentangmu
Adalah kabar yang kau pecahkan menjadi serpihan kaca yang kuinjak
Adalah kabar yang kau titipkan luka yang dalam dari jari-jari cantikmu
Adalah kabar sunyi bisu yang tertahan diujung kerongkonganku
Dan puisi rindu tentangmu tinggalah seuntai kata tanpa makna
Dan mawar itu, hanyalah bait-bait bodoh yang kutulis dari tinta-tinta malam
Dan aku! Hanya sebuah keberadaan dari malam-malam yang kelam.

-sanakaksara-

Persetan

Ada dagu dongak kelangit
Udara menyesaki rongga dada
Tunas dan benalu merunduk pada napasnya
Mata tak bicara, nada tak mau peduli
Tangan kosong menerka-nerka mencari jawabnya
Mungkin dia sudah bosan
Atau yang kelam menjadi bukti adanya?
Tapi persetan dengan semua itu! Karena sayap punya alasan sendiri!

-sanakaksara-

Mungkin yang Kau Benci Justru Sebaliknya

Kerap kudengar jeritan emosi dari jalanan penuh sesak
Pintu kabut yang kau buka penuh harap, pada akhirnya dibelenggu oleh keraguan dan kegelisahan
Kata bijak tak sanggup melepas tali yang mengikat mati
Dan lagi-lagi kau lontarkan pertanyaan itu. “Mengapa semua tak sesuai kehendak?!.”
Kutepuk pundakmu yang kaku dan berbisik tepat ditelinganmu pelan, “mungkin yang kau benci adalah yang terbaik dari pilihan Sang Pemilih yang Tak Pernah Tidur.”

-sanakaksara-